KAYU LAPIS STRUKTURAL (STRUCTURAL PLYWOOD)
Oleh
:
Riza Rivani/ 101201033
Mariah
Ulfa/ 101201035
Student, at Faculty of Forestry, Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Seiring dengan
meningkatnya kebutuhan bahan konstruksi maka keberadaan industri kayu lapis
mulai berkembang. Perkembangan itu dimulai setelah tahun 1930-an yang ditandai
dengan penggunaan kempa panas dari Eropa dan perekat resin sintetis sebagai
perkembangan teknik yang memiliki peranan penting pada pertumbuhan awal
industri kayu lapis. Pada tahun 1972 di Amerika Serikat ada sekitar 600
perusahaan pembuat kayu lapis dan vinir yang telah mampu mengekspor kayu lapis
sebesar US$ 3 Milyar (Haygreen and
Bowyer, 1993).
Kayu lapis merupakan
produk komposit yang terbuat dari lembaran-lembaran vinir yang direkat bersama
dengan susunan bersilangan tegak lurus. Kayu lapis termasuk kedalam salah satu
golongan panel struktural, dimana arah penggunaan kayu lapis ini adalah untuk
panel-panel struktural. Cikal bakal munculnya kayu lapis terjadi di Mesir
sekitar tahun 1500 SM, dimana pada masa tersebut orang-orang Mesir telah mampu
membuat vinir untuk menghiasi perabot rumah tangga mereka. Selanjutnya disusul
bangsa Yunani dan Roma kuno mengembangkan alat pemotong vinir (Haygreen and
Bowyer, 1993).
Di Indonesia sendiri,
perkembangan industri kayu lapis terjadi sekitar tahun 1980-an semenjak
diberlakukannya larangan ekspor kayu bulat oleh pemerintah. Pada tahun tersebut
kondisi hutan di Indonesia masih sangat mendukung perkembangan industri kayu
lapis, ketersediaan log-log berdiameter besar dan silindris yang berasal dari
hutan alam sebagai syarat utama bahan baku dalam pembuatan kayu lapis masih
cukup melimpah (Iswanto, 2008).
Saat ini, kebutuhan kayu
sebagai bahan baku
industri kayu lapis
semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk, terutama kebutuhan terhadap kayu bulat berdiameter besar. Akan
tetapi potensi kayu bulat berdiameter besar dan memiliki kualitas bagus yang
terdapat di hutan alam semakin berkurang sehingga ketersediaannya menjadi
terbatas. Hal ini menimbulkan permasalahan di industri perkayuan terutama industri kayu lapis
yang menggunakan kayu
bulat berdiameter besar sebagai
bahan baku. Jika
hal ini tetap dibiarkan berkelanjutan, masa depan industri kayu lapis dapat terancam
kesulitan bahan baku (Arsadi, 2011).
Upaya yang
perlu dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan kayu bulat berdiameter besar yaitu
dengan memanfaatkan kayu bulat berdiameter kecil (Small Diameter Logs)
yang berasal dari
hutan rakyat maupun
hutan tanaman industri. Akan tetapi dalam pemanfaatannya terdapat
kendala yakni kayu bulat
berdiameter kecil banyak
mengandung kayu juvenile yang menyebabkan kerapatan dan
kekuatannya lebih rendah
dari kayu mature. Selain
itu, stabilitas dimensi Small
Diameter Logs (SDL) lebih
rendah dari Large Diameter Logs (LDL) (Massijaya et
al. 2010). Oleh karena itu,
dibutuhkan teknologi yang
baik dan pengolahan yang tepat agar diperoleh produk yang berkualitas
(Arsadi, 2011).
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan, bahan yang
digunakan, mutu serta kegunaan dari kayu lapis struktural.
ISI
DEFENISI
KAYU LAPIS (PLYWOOD)
Hing (1992)
mendefinisikan kayu lapis adalah
sebuah papan tiruan
yang terbuat dari
lembaran-lembaran tipis atau
vinir kayu yang
terdiri dari tiga
lapis atau lebih dimana
setiap lapisan ditumpuk
dan direkatkan satu
sama lain dengan arah
serat berlawanan atau
tegak lurus. Namun,
menurut Bowyer et al. (2003) kayu lapis
merupakan sebuah produk
panel dari lembaran
vinir yang direkatkan bersama-sama sehingga
arah seratnya tegak
lurus dari beberapa
vinir kayu dan sejajar atau searah panel.
Kebanyakan jenis plywood, orientasi
seratnya dari setiap
lembaran saling tegak lurus
satu sama lain.
Pada umumnya kayu
lapis dibuat dengan
jumlah lapisan ganjil, tetapi
ada beberapa kayu
lapis yang dibuat
dengan jumlah lapisan genap
seperti empat dan
enam lapis (Bowyer et al. 2003).
Sifat dan kinerja kayu
lapis dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Faherty dan
Williamson (1999) faktor-faktor
yang mempengaruhi sifat
dan kinerja kayu lapis
berasal dari komposisi
kayu lapis itu
sendiri, antara lain
ketebalan lapisan, jumlah
lapisan, jenis vinir dalam satu panel, orientasi lapisan, kualitas kelas vinir
dan jenis perekat.
Kombinasi dari komposisi
tersebut memungkinkan produsen untuk menyesuaikan produk sesuai
tujuan penggunannya.
Contoh kayu
yang dapat digunakan sebagai bahan
baku kayu lapis antara
lain meranti,
kamper, mersawa, mengkulang, gerunggang,
mahoni, agathis, trembesi, sengon,
mindi dan sebagainya. Diameter log
yang digunakan disarankan diatas
30 cm, tetapi saat ini mesin-mesin yang lebih modern dapat mengolah log
dengan diameter yang lebih kecil.
PENGGOLONGAN
KAYU LAPIS
Berdasarkan penggunaannya, kayu lapis
dikelompokkan menjadi dua
yaitu interior dan eksterior
plywood. Youngquis
(1999) mengelompokkan kayu
lapis menjadi dua bagian yaitu :
a. Kayu
lapis konstruksi dan industri
b. Kayu
lapis hardwood dan dekoratif
Berdasarkan jenis
perekat yang dipergunakan,
pengelompokan kayu lapis dibedakan menjadi dua (Iswanto, 2008) :
a. Kayu
lapis interior yaitu kayu lapis yang penggunaanya di dalam ruangan atau dengan kata
lain tidak langsung
terekspos oleh kondisi
lingkungan luar ruangan, perekat
yang dipergunakan adalah
perekat interior seperti
UF, MF dan MUF .
b. Kayu
lapis eksterior yaitu kayu lapis yang penggunaanya di luar ruangan yang terekspos
langsung dengan kondisi luar ruangan, perekat yang dipergunakan adalah perekat
eksterior seperti PF.
Berdasarkan finir
mukanya, kayu lapis dikelompokkan menjadi :
a.
Ordinary
plywood yaitu
kayu lapis dimana finir mukanya dihasilkan
dari proses rotary
cutting.
b. Fancy
plywood yaitu kayu lapis dimanafinir mukanya terbuat dari
kayu-kayu indah dan
dihasilkan dari proses slice
cutting atau half rotary cutting.
KEGUNAAN
KAYU LAPIS
Menurut Massijya
(2006), penggunaan kayu lapis dikelompokkan
menjadi :
a.
Konstruksi bangunan
· Paneling:
penyekat ruang, pintu, jendela
· Bahan
pelapis
· Lantai
· Sidding :
dinding
· Plyform
b.
Konstruksi alat-alat transportasi
· Pesawat
terbang : pelapis dinding bagian dalam
· Kereta
api : atap, lantai, dinding
· Truk
dan trailer : body
PROSES
PEMBUATAN KAYU LAPIS (PLYWOOD)
Proses pembuatan
kayu lapis banyak variasinya, tetapi pada prinsipnya menggunakan urutan dan
tata cara yang relatif sama. Adapun urut urutan pembuatan kayu lapis tersebut menurut Massijaya (2006) adalah
sebagai berikut:
1.
Seleksi
Log
Log
yang akan dipergunakan sebagai bahan bakukayu lapis diseleksi mulai dari
ukuran, bentuk, dan kondisinya terhadap cacat-cacat yang masih diperbolehkan.
2.
Perlakuan
Awal Pada Log
Perlakuan
awal ini ditujukan untuk memudahkan dalam proses pengupasan log terutama untuk
kayu yang memiliki kerapatan tinggi. Beberapa perlakuan awal pada
log diantaranya adalah
pemanasan log (dengan
air panas, uap panas, uap panas bertekanan tinggi,
listrik, memaksa air/ uap panas masuk dari
arah longitudinal).
Haygreen and
Bowyer (1993) dan
Tsoumis (1991) mengemukakan beberapa
keuntungan dari pemanasan
log diantaranya adalah terjadi
peningkatan rendemen sebesar
3-5%, peningkatan kualitas vinir (ketebalan
lebih seragam, permukaan
lebih halus, retak
akibat pengupasan dapat
dikurangi), pengurangan biaya pengolahan, penguranganpemakaian jumlah perekat,
mengurangi perbedaan kadar air kayu gubal dan kayu teras,
memperbaiki warna kayu,
membunuh jamur dan
serangga perusak kayu.
3.
Pembuatan
Finir
Finir adalah lembaran papan
tipis untuk membuat
plywood, cara pembuatannya ada 4 macam:
a.
Cara Pengupasan (Rotary Cuttings)
Cara pengupasan
akan menghasilkan finir
untuk membuat plywood biasa atau plywood
penggunaan umum (general
plywood). Dengan cara
ini bentuk bahan baku
kayunya adalah log
tanpa kulit. Finir yang dihasilkan cukup panjang
dan dapat dihasilkan
dalam waktu yang
relatif singkat.
Produk finirnya dapat
untuk memenuhi bahan
plywood sampai 80% kebutuhan. Melalui cara ini, tebal finir
yang diperoleh minimal 0,4 mm tetapi yang banyak dibutuhkan adalah 0,6-1,0 mm. Cara
pengupasan finir dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Cara Pengupasan (Rotary Cuttings) Finir
Pada gambar
tersebut terlihat bahwa
pengupasan log dilakukan mengikuti (searah) dengan permukaan
batang kayu. Proses pembuatan finir dengan pengupasan merupakan cara tercepat
sehingga produktivitas dalam menghasilkan finir persatuan waktu
paling tinggi dibandingkan
dengan cara pembuatan finir
lainnya. Kelemahan cara ini adalah kondisi finir yang dihasilkan kurang tipis
dan gambar seratnya tidak
dekoratif.
Didalam proses
pengupasan terlebih dahulu
harus ditentukan titik pusat log (center log) karena di tempat ini akan ditempatkan chuck (penjepit log). Penentuan center log
dapat dilakukan secara
manual dan dengan mesin
senter (flash machine) yaitu melalui
pencahayaan pada dua
sisi potongan log yang
telah dilengkapi dengan
pola-pola kedudukan pusat kayunya.
Pada pengupasan finir
ini digunakan sudut kupas (knife angle)
89-92,5o dan sudut tekan (nosebar)
20o.
Besarnya sudut kupas
dapat diatur dan
ini penting dilakukan dalam
mendapatkan tebal finir. Sudut
kupas yang disetel besar
akan menghasilkan finir yang tipis begitupun sebaliknya. Pada proses
pengupasan, bagian permukaan
finir yang langsung bersinggungan dengan
sisi tajam pisau kupas disebut sisi kasar (loose
side), sedang sisi lainnya disebut sisi halus (tight side). Di dalam proses pelaburan perekat sisi
halus sangat dianjurkan
untuk diberikan perekat
pertama kali agar lebih menghemat
perekatnya. Ada satu hal
lagi yang harus diperhatikan
dalam proses pengupasan log, yaitu
bahwa kecepatan mesin
kupas harus sejalan
dengan kekerasan kayunya, artinya
kayu yang memiliki berat jenis
tinggi harus dikupas lebih
cepat dibandingkan dengan kayu yang memiliki berat jenis rendah.
b.
Cara Penyayatan/Pengirisan (Slicing)
Cara penyayatan akan
menghasilkan finir yang lebih tipis yaitu dengan tebal 0,2-0,6
mm dan umumnya
berfungsi untuk melapis
plywood biasa. Dengan
cara ini menghasilkan
plywood yang
lebih dekoratif (gambar seratnya baik) dengan ukuran lebar
dan panjang relatif masih sama dengan ukuran bahan baku aslinya. Kayu yang
digunakan umumnya dari jenis kayu yang mempunyai berat jenis tinggi dengan
warna kayu lebih dan bergambar serat
bagus (dekoratif). Dengan
demikian harus ada
perlakuan proses penyayatan yaitu
bahan baku kayu harus direndam,
direbus atau dikukus dulu. Fungsi perebusan adalah
untuk meningkatkan elastisitas
kayu (karena melunak) dan
melarutkan zat ekstraktif
yang biasanya dapat
mengganggu proses perekatannya. Elastisitas
kayu dapat meningkatkan
rendemen finir yang dihasilkan karena finir yang robek atau putus lebih
sedikit.
Bentuk bahan
baku kayu yang
akan disayat dapat
berupa flitch (kayu persegi
tanpa hati) atau blockware (belahan
kayu). Dalam bentuk blockware rendemen
finirnya dapat meningkat
sampai 50% dibandingkan
dengan bahan berupa flitch.
Didalam pembuatannya, finir
sayat dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan baku berupa
log tanpa kulit
yang dikupas eksentris, yaitu center log tanpa penjepit tidak berada
tepat ditengah-tengah tetapi lebih ke
pinggir.
Gambar 2. Cara Penyayatan/pengirisan
(Slicing)
Proses penyayatan
dapat dilakukan dengan cara
kayu bergerak maju mundur dan pisau sayat diam atau
sebaliknya. Penyayatan dapat dilakukan pada
arah vertikal dan
horizontal. Tipe penyayatan
yang paling banyak digunakan adalah arah
penyayatan horizontal, kayu
yang disayat bergerak maju mundur dan pisau sayat diam.
Proses penyayatan untuk menghasilkan finir dengan tebal tertentu dilakukan
secara otomatis.
c.
Cara Penggergajian/Sawing
Merupakan cara
paling tua dan
sudah sangat jarang
digunakan, karena finirnya
cukup tebal yaitu minimal 5 mm.
Bahan kayu yang
digunakan berbentuk kayu persegi
dan rendemennya rendah.
Kalaupun masih ada hanya
dapat dijumpai pada industri
kecil. Proses penggergajian menggunakan circular
sawing of veneer atau horizontal gang
saw for veneer.
d.
Cara Perautan
Prinsip cara pembuatan
finir iniadalah seperti orang meruncingkan pensil
(pensil
adalah analogi log tanpa kulit). Cara ini sekarang sudah ditinggalkan dan tak
dikembangkan lagi.
4.
Penyortiran
Vinir
Kegiatan
ini dilakukan untuk menyeleksi vinir setelah proses pengupasan. Vinir
dipisahkan antara yang rusak dengan yang tidak serta vinir untuk bagian face dan core.
5.
Pengeringan
Vinir
Kegiatan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air vinir sehingga dapat
menghindarkan terjadinya blister pada kayu lapis setelah dilakukan pengempaan
panas. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa temperatur dalam
pengeringan vinir sekitar 60-80o
C tergantung pada jenis kayu, kadar air awalnya, ketebalan
vinir.
6.
Perekatan
Kayu Lapis
Untuk merekat finir-finir hingga menjadi
plywood dapat digunakan berbagai macam perekat, misalnya :
a.
Berdasarkan asal bahannya,
dibedakanatas:
· Perekat
nabati, misalnya kedelai, kacang, ketela (tapioka)
· Perekat
hewani, misalnya kasein (susu), fibrin, protein, tulang
· Perekat
sintesis, misalnya urea formaldehid, fenol formaldehid, melamin, formaldehid,
resorcinol formaldehid
b.
Berdasarkan ketahanannya
terhadap air dan
pengaruh cuaca luar dibedakan atas :
· Perekat WBP,
yaitu perekat yang
tahan terhadap cuaca
luar,air, dan kelembaban udara
sekitar. Jenis perekat ini
misalnya fenol formaldehid, dan
kayu lapis yang dihasilkan dengan perekat ini disebut eksterior plywood
(tipe 1). Apabila sangat tahan terhadap kelembaban udara sekitar kekuatan
rekatnya 5-15 kg/cm2.
· Perekat MR,
yaitu perekat yang
tidak tahan terhadap kelembaban udara dalam
ruangan. Contoh jenis
perekat ini misalnya
urea formaldehid, dan kayu
lapis yang dihasilkannya
disebut interior plywood (tipe II). Kalau diuji
kekuatannya kurang dari 5 kg/cm2.
c.
Berdasarkan cara mengerasnya :
· Perekat yang
mengeras secara panas,
misalnya perekat darah,
fibrin (hewani), perekat sintesis.
· Perekat
yang mengeras secara dingin, misalnya perekat tulang, nabati.
· Perekat yang mengeras karena adanya reaksi kimia
misalnya : kasein (susu), perekat sintesis.
· Perekat
yang mengeras karena evaporasi pelarutnya : perekat-perekat yang larut dalam
air.
d.
Berdasarkan kemampuan pemulihannya :
· Perekat
thermoplastic, dapat dipulihkan dan
diperbaiki ulang
· Perekat
thermosetting, tidak dapat dipulihkan
Apabila akan digunakan
untuk merekatkan finir dalam pembuatan
plywood maka jenis-jenis
perekat tersebut harus
ditambahkan lagi dengan beberapa bahan
lain antara lain :
· Hardener
(pengeras), misalnya NH4Cl (sekitar 1%)
· Extender
(pengembang), misalnya tepung kayu, tepung tempurung kelapa, tepung kaolin
(sekitar 6%)
· Air
(sebagai pengatur kekentalan, secukupnya)
Setiap campuran
perekat dengan kekentalan
(poise) tertentu mempunyai masa
pakai tertentu sehingga perlu diperhatikan dalam penyiapan dan
penggunaannya. Banyaknya perekat yang
dilaburkan (GPU) per satuan luas lembar panel plywood yang dibuat ditentukan dengan rumus :
|
(Dalam gram satuan
panel)
Keterangan :
GPU = Gram Pick Up (kg/m2/cm2)
S =
$ MSGL/ $ MDGL biasanya 20-50
A =
Luas panel (m2, cm2)
Penjelasan tentang S dapat silihat sebagai berikut :
$ MSGL = million square glue line, yaitu sistem pelaburan perekat dengan satu
garis perekat.
Gambar
3. Sistem Pelaburan Perekat denga Satu Garis Perekat
$ MDGL = million square double glue line, yaitu sistem pelaburan perekat
dengan dua garis perekat.
Gambar
4. Sistem Pelaburan Perekat dengan Dua Garis Perekat
Perekat yang dilaburkan (GPU) $MDGL = $MSGL + 10%
Apabila plywood
tersusun atas 3 lapis finir, maka pelaburan dilakukan dengan sistem $ MSGL pada
kedua permukaan finir core.
· Kalau plywood 5
lapis, yang diberi
perekat adalah kedua permukaan dari masing-masing cross-bandnya (ada2 cross
band). Cross band adalah finir nomor 2 dari atas-bawah
langsung dibawah face dan back veneernya.
· Apabila plywood 7
lapis yang diberi
perekat adalah kedua permukaan
dari 2 CB dan dua permukaan dari satu center core veneer-nya. Center core adalah finir yang letaknya
paling tengah dari
yang ditengah di
dalam susunan plywood tersebut.
Proses perekatan biasanya sering memberikan hasil
yang tidak memadai atau mengalami kegagalan yang umumnya disebabkan oleh
kondisi finir (kadar air dan
porositas) dan perekatnya
sendiri, disamping proses
perekatan tersebut. Kagagalan tersebut adalah :
a. BGJ
: Bleeding Glue Joint, yaitu
kegagalan perekatan yang
disebabkan karena kelebihan
perekat dalam proses perekatan,
sehingga perekat menjadi meluap
keluar. Hal ini disebabkan karena perekat yang diberikan berlebihan, perekat
terlalu encer atau karena kadar air finir/kayunya terlalu tinggi.
b. SGJ
: Starved
Glue Joint, yaitu
kegagalan perekatan, yang
disebabkan karena kekurangan perekat dalam proses
perekatan, sehingga permukaan
finir/kayu tidak terlabur
perekat secara merata. Hal ini disebabkan karena
jumlah perekat yang
dilaburkan kurang, porositas finir/kayu yang
tinggi atau karena
kadar air finir/kayu yang
direkat sangat rendah. Kadar air finir yang akan
direkat sebaiknya sebesar
6-8%,atau jangan melebihi 10%.
Perekat
Urea Formaldehide (UF)
Pizzi
(1994) mengemukakan bahwa perekat UF
merupakan hasil reaksi polimer
kondensasi dari formaldehid dengan urea. Keuntungan dari perekat UF antara lain
larut air, keras ,tidak mudah terbakar, sifat panasnya baik, tidak berwarna
ketika mengeras serta harganya murah.
Hiziroglu (2007) mengemukakan beberapa karakteristik dari
perekat Urea-Formaldehyde (CH4N2OCH2O)x antara
lain:
· pH
: 7.98
· Titik
didih : 100o C
· Berat
jenis : 1.27
· Solid
content : 64.8%
Vick (1999) mengemukakan bahwa perekat UF ada yang berbentuk serbuk atau cair, berwarna putih, garis rekatnya tidak
berwarna dan lebih durable
apabila dikombinasikan dengan melamin.
Penggunaan perekat ini adalah untuk kayu lapis, meubel, papan serat dan papan
partikel.
Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa UF tersedia daalam bentuk
cair atau serbuk. Resain ini mengeras pada suhu 95-130oC.
UF tidak cocok dipakai untuk eksterior. Namun kinerjanya dapat diperbaiki
dengan penambahan Melamin Formaldehyde atau Resorcynol Formaldehyde sekitar 10-20%. Hasil sambungan
dengan UF tidak berwarna sampai berwarna coklat terang. Kelemahan dari UF
antara lain tidak tahan air serta menyebabkan emisi formaldehyde yang berdampak
pada kesehatan.
Perekat
UF termasuk dalam kelompok perekat termosetting. Dalam pemakaiannya sering
ditambahkan hardener, filler, extender dan air. Menurut Rayner
(1967) dalam Joyoadikusumo (1984)
perekat UF memiliki ketahanan yang sangat
baik terhadap air dingin, agak
tahan terhadap air panas, tetapi tidak tahan terhadap perebusan.
Setelah
itu apabila dibuat plywood tiga
lapis, khusus untuk finir yang akan dijadikan sebagai core dilabur kedua permukaannya dengan lem/perekat melalui mesin
glue
spreader, sedangkan
finir-finir yang lain (F/B) dilekatkan pada finir yang telah diberi
perekat tersebut dengan ketentuan arah seratnya saling tegak lurus satu sama
lainnya.
Selanjutnya
finir-finir yang telah direkatkan
tersebut (jumlah finir harus ganjil) dipress secara dingin dalam cold
press selama 5-15 menit, tekanan
10-15 kg/cm2, dan kemudian
dilanjutkan dengan pengempaan
secara panas dalam hot press dengan jalan
memasukkan finir-finir yang telah
direkatkan tersebut di antara plat-plat baja panas dengan tekanan 10
kg/cm2, suhu 100-170o (umumnya 110- 120oC),
selama1,5 menit.
Setelah
itu rekatan finir (calon plywood)
dikeluarkan dari mesin hot press
satu persatu sehingga
diperoleh plywood (kayu lapis). Plywood selanjutnya dipotong pinggirnya sesuai ukuran
final dengan gergaji potong dobel (double
saw), kemudian dihaluskan (sanding) dan diperiksa kualitasnya (plywood grading). Jika
masih dijumpai kerusakan
(sobekan atau lobang) dan memungkinkan diperbaiki
maka bagian muka plywood kemudian diperbaiki lagi dengan
didempul agar kualitas plywoodnya
meningkat.
7.
Pengempaan
Kayu Lapis
Pengempaan
plywood dapat dilakukan secara dingin (biasa),panas atau kombinasi
keduanya, yaitu pengempaansecara dingin
dan panas. Apabila digunakan kombinasi
maka akan diperoleh
hasil efisiensi pres panas yang cukup
tinggi karena perataan perekat
telah dilakukan pada pres dingin. Pengempaan kombinasi sangat cocok diaplikasikan pada penggunaan perekat sintesis seperti UF dan
PF.
Kondisi perekatan dapat
diberikan sebagai berikut:
Pres dingin :
· Waktunya
lebih dari 5 menit
· Tekanan
diatas 15 kg/cm2 (di atas 200 psi)
· Pengempaan
dingin dilakukan sekaligus untuk tiap-tiap satu tumpukan calon plywood
(sampai100 lembar) tiap satu alat pressdingin
Pres panas :
· Waktu
lebih dari 1 menit
· Tekanan
di atas 10 kg/cm2 (di atas 100 psi)
· Suhu
82-176o C (untuk UF 100-130o
C dan PF 130-170o)
· Pengempaan
panas dilakukan dengan memasukkan satu per satu lembar calon plywood
kedalam ruang
antar plat-plat panas dari pres tersebut atau opening.
Tiap satu alat pres panas bisa sampai 50 opening.
Besarnya tekanan pengempaan yang diberikan dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
|
Keterangan :
G =
Pengempaan total (psi, kpc)
P = Tekanan
spesifik (psi, kpc)
J = Luas total pistonpres (¶2, dalam in2 atau
cm2)
PSI =
Pound per square inch
Kpc = kg per cm
Besarnya prestotal yang diberikan
dipengaruhi oleh faktor :
a.
Berat jenisfinir/kayu asalnya
b. Ketebalan
kayu lapis yang dihasilkan
Kayu dengan
berat jenis lebih
tinggi dan ketebalan
lapisan yang lebih tebal harus menggunakan tekanan pres total yang
lebih tinggi dan waktu pengempaan yang lebih lama pada
lembaran finir tersebut. Untuk finir bagian luar, misalnya
untuk F/B tidak
dipotong dulu tetapi
dikeringkan dulu dalam continues
dryer baru kemudian dipotong. Finir
core yang diperoleh kemudian
dikeringkan dalam kilang
pengeringan roll (roll dryer)
(110 -175o C,10-25 menit)
hingga kadar airnya
5-10 %. Pengeringan finir
dapat pula dilakukan sebelum finirnya dipotong.
Selanjutnya
potongan-potongan finir tersebut disortir kualitasnya dengan memperhatikan adanya
sobekan-sobekan, lubang-lubang dan
lain-lain. Bila perlu diadakan
penambalan (penutupan) atau
tapping dan penyambungan-penyambungan atau jointing, agar finir menjadi utuh
dan baik. Tapping
dilakukan dengan menambal menggunakan finir yang sejenis, sedang jointing dapat dilakukan
dengan merekatkan dua finir,
menyambungkan dengan gumta peatau dengan menjahit (dengan
nilon). Hanya jenis finir core dan
atau back yang boleh ada sambungan
atau tambalan.
8.
Pengkondisian
Pengkondisian dilakukan
bertujuan untuk mengurangi
sisa tegangan akibat proses
pengempaan serta menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan.
Biasanya dilakukan selama 1-2 minggu.
9.
Remanufacturing
Selanjutnya
dilakukan pengampelasan ulang pada plywood
yang telah diperbaiki
(bagian permukaan atas
bawah atau satu
muka saja). Pekerjaan perbaikan dan
penghalusan ulang ini
termasuk remanufacturing dan dilakukan
grading ulang pada plywood ini.
10.
Packing
Selanjutnya kayu lapis
telah sempurna dan
siap untuk dipasarkan. Penentuan kelas mutu,
pemberian tanda merk penghitungan dan pengepakan dilakukan
sebelum plywood tersebut dibawa
ke gudang dan siap dijual.
Menurut Kasmudjo
(2001), skema urutan proses
pembuatan plywood untuk tiga
lapis finir penyusun berikut ini :
Gambar
5. Skema Proses Pembuatan Plywood Tiga Lapis
KAYU
LAPIS STRUKTURAL (STRUCTURAL PLYWOOD)
Penggolongan
kayu lapis berdasarkan penggunaannya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kayu
lapis penggunaan umum dan kayu lapis penggunaan khusus. Kayu lapis struktural
termasuk kayu lapis penggunaan khusus. Kayu lapis struktural merupakan suatu
tipe kayu lapis tertentu yang strukturnya terdiri atas susunan
lembaran-lembaran finir saling tegak lurus dan digunakan dalam struktur
bangunan, dan dalam pengggunaannya memerlukan perhitungan beban. Kayu lapis
struktural dibuat dengan mengutamakan kemampuan panel memikul beban konstruksi
yang direncanakan (Haryanti, 2002).
Menurut
SNI 01-5008.7-1999, kayu lapis struktural adalah kayu lapis yang terdiri dari
susunan venir yang dibuat khusus untuk digunakan sebagai penahan atau pemikul
beban dari suatu kontruksi. Dalam SNI 01-5008.7-1999 juga dijelaskan beberapa
hal menyangkut kayu lapis struktural seperti berikut :
Klasifikasi
Kayu
lapis struktural diklasifikas ikan menjadi dua katagori, yaitu katagori 1 (Tipe
kayu lapis struktural) dan katagori 2 (Mutu kayu lapis struktural).
·
Kategori 1 (Tipe kayu lapis struktural).
Kayu lapis struktural diklasifikas ikan menjadi 2
tipe, berdasarkan kekuatan ikatan perekatnya
yaitu:
1. Tipe
Eksterior I, adalah kayu lapis struktural yang dalam penggunaannya tahan terhadap
cuaca dalam waktu relatif lama.
2. Tipe
Eksterior II, adalah kayu lapis struktural yang dalam penggunaannya tahan
terhadap cuaca dalam waktu relatif pendek.
·
Kategori 2 (Mutu kayu lapis struktural).
Berdasarkan penampilannya, mutu kayu lapis
struktural diklasifikasikan menjadi 4 kelas, dengan kode kelas mutu
berturut-turut A, B, C, dan D, dengan
ketentuan mutu lapisan luarnya sama atau hampir sama.
Contoh: Mutu A, maksudnya baik lapisan
muka maupun lapisan belakangnya harus memenuhi
persyaratan mutu A, sedangkan mutu A/B adalah lapisan mukanya memenuhi
persyaratan mutu A dan lapisan
belakangnya memenuhi persyaratan mutu B.
Syarat
mutu
a.
Syarat bahan baku
Jenis kayu yang dapat digunakan untuk pembu atan
kayu lapis struktural adalah jenis-jenis kayu yang berat jenis (BJ) nya lebih
dari 0,4.
b.
Syarat
mutu penampilan
-
Syarat
Umum
Tidak
diperkenankan adanya delaminasi, lapuk
dan serangan aktif organisme perusak kayu.
-
Syarat
Khusus
Syarat khusus
mutu kayu lapis struktural tercantum pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Persyaratan mutu kayu
lapis struktural
lanjutan tabel 1.
Keterangan:
Atmp adalah asal tidak mempengaruhi
penggunaan
Atmk
adalah asal tida k mempengaruhi kekuatan
Idem
adalah sama dengan kolom sebelumnya
c.
Kadar
Air
Kadar air kayu lapis struktural tidak diperkenankan
lebih dari 14%.
d. Keteguhan
rekat
Keteguhan rekat pada kayu lapis struktural untuk
setiap tipenya harus sesuai dengan
persyaratan pada table 2.
Tabel 2. Persyaratan
keteguhan rekat kayu lapis
e.
Mutu Keteknikan
Mutu
keteknikan kayu lapis struktural harus diuji dengan dua cara yaitu uji lapangan
dan uji laboratories.
PENUTUP
Kayu
lapis hadir sebagai inovasi pengggunaan kayu solid agar lebih efektif dan
efisien. Dan kayu lapis struktural hadir untuk memenuhi berbagai kebutuhan
konsumen yang senang memilih kayu sebagai bahan untuk berbagai kebutuhan
konstruksi. Agar kualitasnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen,
ketentuan dalam pemilihan bahan baku, perekat, pengawet, dan tata cara
pembuatan kayu lapis struktural harus diperhatikan dengan seksama.
Berbagai penelitian
mengenai kayu lapis struktural juga telah dilakukan, tetapi seiring
berkembangnya zaman, kebutuhan informasi dan inovasi mengenai ini juga sangat
dibutuhkan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian-penelitian lain untuk menjawab
berbagai permasalahan dan kebutuhan konsumen.
Kayu lapis struktural
dalam penggunaannya lebih mengutamakan kekuatan dalam menahan beban
dibandingkan dengan keindahannya. Oleh sebab itu harus dipilih jenis kayu yang
memiliki kekuatan dan keawetan yang memenuhi syarat.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsadi,
B. 2011. Kualitas Kayu Lapis Dari Kayu Bulat Berdiameter Kecil Jenis Dadap (Erythrina variegata Lamk.), Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd.) dan Jengkol (Pithecellobium jiringa Benth. I. C. Nielsen).
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Haryanti,
E. 2002. Keandalan Bifenthrin Sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis: Pengaruh
Terhadap Sifat Fisis, Mekanis, dan Keawetan. IPB. Bogor.
Haygreen,
J.G., and JL. Bowyer. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu (Suatu Pengantar).
Diterjemahkan oleh Sutjipto A. Hadikusumo. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Iswanto,
A.H. 2008. Kayu Lapis. Karya Tulis. Departemen Kehutanan. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Wood
Division. Knives For The Wood Processing
Industry. Klingelnberg Group-German.
SNI
01-5008.7-1999 tentang Kayu Lapis Struktural.
Syahidah.
2011. Bahan Ajar Teknologi Pengolahan Kayu. Fakultas Kehutanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
makasih kakka :)
BalasHapusMakasih atas penjelasannya,sangat membantu sekali 🙏
BalasHapusApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium