POTENSI
PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA LANGSA MELALUI SEKTOR PARIWISATA
Oleh
:
Mariah
Ulfa/ 101201035
Student, at Faculty of
Forestry, Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Kota Langsa terbentuk secara
definitif pada tanggal
21 Juni 2001, berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun
2001. Kota yang terletak di pesisir pantai timur Provinsi Aceh ini merupakan hasil
pemekaran wilayah dari Kabupaten Aceh Timur. Sebagai kota yang sedang tumbuh
dan berkembang di Aceh, Kota Langsa berbatasan langsung dengan 2 kabupaten,
yaitu Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Di sebelah utara, Kota Langsa berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka, bagian timur berbatasan
dengan Kabupaten Aceh Tamiang, dan bagian barat
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, serta pada sisi selatan
berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang.
Kedudukan
Kota Langsa yang berada di lintas jalan
nasional di wilayah pantai Timur Aceh, merupakan suatu
nilai strategis sebagai potensi sekaligus peluang yang perlu dimanfaatkan
secara optimal. Dalam posisi tersebut, Kota Langsa semestinya dapat menjadi
pusat pertumbuhan ekonomi terbesar di wilayah pantai timur Aceh, dengan
memanfaatkan peluang strategis dari keberadaan daerah hiterland di sekitarnya, terutama Kabupaten Aceh Timur dan Aceh
Tamiang. Dari sisi lain, letak geografis Kota Langsa yang
dikelilingi Selat Malaka, tepatnya pada bagian utara, merupakan
potensi dan peluang yang sangat besar untuk
mewujudkan arus perputaran
orang, barang dan jasa
melalui jalur laut, baik antar wilayah di pantai timur
Aceh, pulau Sumatera dan pulau-pulau lain di Indonesia, maupun kegiatan
perdagangan internasional (ekspor-impor) dengan negara-negara lain, seperti
Malaysia dan lainnya. Hal tersebut
sangat memungkinkan untuk diwujudkan, mengingat saat ini Kota Langsa
telah memiliki fasilitas pelabuhan
laut Kuala Langsa,
berikut dengan sejumlah
infrastruktur penunjang yang relatif cukup memadai.
b.
Permasalahan
Beberapa
permasalahan yang akan dijawab dalam
makalah ini adalah :
1.
Potensi wisata apa saja yang dapat
dikembangkan di Kota Langsa ?
2.
Bagaimana pengaruhnya terhadap sektor
lain ?
3. Apa saja kendala dan tantangan yang
dihadapi dalam pengembangan sektor pariwisata di Kota Langsa ?
c.
Tujuan
Dari
permasalahan diatas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan
potensi wisata yang dapat dikembangkan di Kota Langsa.
2. Menjelaskan
pengaruhnya terhadap sektor lain.
3. Menjelaskan
kendala dan tantangan yang dihadapi dalam proses pengembangannya.
BAB II
POTENSI PARIWISATA KOTA LANGSA
Saat ini di wilayah Kota
Langsa, luas lahan non terbangun
masih cukup menonjol. Dari total
luas wilayah Kota
Langsa secara keseluruhan,
seluas 18.984,8 Ha atau 72,35
persen di antaranya merupakan
lahan non terbangun, yang semestinya harus dapat
dikelola dengan baik
dan dijaga kelestariannya mengingat kawasan ini
akan berfungsi sebagai
penyangga keberlanjutan
sumberdaya air dan
kelestarian lingkungan Kota
Langsa di masa
mendatang. Sesuai kondisi geografis
dan topografi wilayah
daerah ini, luas
lahan non terbangun tersebut
berpotensi untuk diarahkan
peruntukkannya bagi pengembangan
kawasan perkebunan dan hutan produksi, disamping juga untuk hutan lindung
mangrove.
Selanjutnya berdasarkan
data kondisi terakhir juga
diketahui bahwa penggunaan lahan
di Kota Langsa paling
dominan peruntukkannya adalah kawasan perkebunan
rakyat (20,99 persen),
disusul kemudian untuk kawasan mangrove (18,21 persen), tambak
(12,50 persen), dan perkebunan pemerintah/swasta (12,29 persen). Gambaran terkait kondisi
sebaran penggunaan lahan di Kota Langsa secara lebih rinci dapat dilihat
pada Tabel berikut.
Tabel 1. Sebaran
Penggunaan Lahan di Kota Langsa Tahun 2012
Berdasarkan
data tersebut, dapat dilihat penggunaan lahan di Kota Langsa untuk kawasan
mangrove cukup luas dengan akses yang cukup fleksibel baik untuk wisatawan
lokal maupun mancanegara. Hal ini merupakan potensi yang harus dikembangkan
untuk menambah lapangan kerja dan penghasilan masyarakat, serta memberikan
masukan untuk daerah. Kawasan mangrove di daerah Kuala Langsa dapat dijadikan
kawasan wisata mangrove dengan berbagai pilihan paket menarik seperti langsung
turun ke lumpur dan mengenal jenis-jenis mangrove yang tumbuh di sekitar
kawasan tersebut, melihat langsung satwa-satwa yang ada, membuat kolam pancing,
dan lain-lain (dapat dikondisikan dengan kreativitas masyarakat). Selain itu,
wisatawan juga dapat menikmati keindahan pantai dan sunset dengan menyeberang
ke Pulau Telaga Tujoh (Pulau Pusong) menggunakan boat (sekitar 30 menit).
Beberapa tahun
terakhir, keindahan hutan mangrove dan keberadaan wisata kuliner di kawasan
Kuala Langsa ini telah menjadikannya sebagai salah satu tempat yang ramai
dikunjungi oleh masyarakat Langsa dan daerah luar sebagai salah satu sarana
hiburan keluarga, terutama di hari Sabtu dan Minggu. Wisatawan yang menyeberang
ke Pulau Pusong juga mulai banyak. Kawasan mangrove ini mulai dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar baik dengan menjual makanan ringan di pinggir jalan lintas,
menjual jagung bakar, serta wisata kuliner lainnya seperti cafe terapung yang
menyediakan berbagai menu makanan jenis seafood
dan dibangun terapung di atas rawa dan ditopang kayu bakau.
Selain itu, beberapa
tempat wisata yang dapat dikembangkan adalah bangunan bersejarah yang masih
berdiri dengan kokoh (seperti taman bambu runcing dan beberapa bangunan
perkantoran Kota Langsa), lapangan merdeka, kawasan dengan view yang menarik seperti persawahan (dimanfaatkan dengan membuat
tempat makan jagung bakar atau lainnya disekitar pinggiran persawahan), dan
lain-lain.
BAB III
ANALISA DARI SISI TEORI BASIS, INPUT-OUTPUT,
LINKAGE, DAN MULIPLIER
Jika
semua tempat wisata di Kota Langsa dikelola dengan baik, maka akan mendatangkan
para wisatawan lokal maupun wisatawan luar daerah Kota Langsa. Dengan banyaknya
wisatawan yang datang, maka secara otomatis akan menambah pendapatan daerah dan
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan menambah lapangan kerja dan
peluang usaha lain, seperti: kuliner, paket wisata (wisata mangrove, pantai,
kolam pancing, dll), toko-toko souvevir
dan oleh-oleh, dan perhotelan. Pelabuhan laut Kota Langsa juga akan berkembang
dengan pengelolaan transportasi air dan memanfaatkan akses yang mudah ke beberapa
negara tetangga melalui Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur pelayaran
Internasional.
Pelabuhan
laut Kota Langsa ini juga merupakan suatu kelebihan yang tidak dimiliki daerah
tetangga seperti Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang. Wisatawan
dapat menikmati wisata mangrove, kuliner, penginapan, dan sekaligus
penyeberangan ke Pulau Pusong dan ke beberapa negara tetangga dengan mudah.
Sehingga akan menjadikan Kota Langsa sebagai pusat beberapa kegiatan
perekonomian antara Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang serta mendukung
berkembangnya kegiatan basis dan non-basis Kota Langsa.
BAB IV
KENDALA DAN TANTANGAN
a.
Kendala
Ada
beberapa kendala dalam mengembangkan sektor pariwisata di Kota Langsa,
diantaranya :
1. Posisi
ataupun letak geografis Kota Langsa
yang berbatasan langsung dengan Selat
Malaka di bagian utara,
diperkirakan rawan ataupun memiliki
potensi bencana tsunami.
2. Kesadaran
akan pemeliharaan (bangunan-bangunan bersejarah) dan kebersihan masih sangat
minim, sehingga akan mengancam rusaknya lingkungan (termasuk eksistensi
mangrove di kawasan tersebut).
3. Pola
pikir masyarakat dan pemerintah setempat yang masih keliru mengenai “syari’at
islam” yang menjadi “pembatas” berkembangnya sektor pariwisata selama ini.
4. Kurangnya
modal masyarakat dalam membangun usaha.
5. Sarana
dan prasaranan yang masih minim.
6. Kreativitas
dan penguasaan teknologi yang masih minim.
b.
Tantangan
Dalam
mengembangkan sektor pariwisata juga ada beberapa tantangan yang harus dihadapi
seperti: harus adanya kreativitas dan inovasi dalam pengembangannya sehingga
mampu bersaing dengan daerah lain. Teknologi yang mendukung juga akan sangat
diperlukan agar sistem yang berjalan mampu membuat pengelolaan pariwisata di
Kota Langsa ideal dan membuat para wisatawan puas dan nyaman serta berkeinginan
kembali lagi ke Kota Langsa. Untuk itu, perlu dilakukan beberapa kegiatan
penunjang pengembangan SDM seperti pelatihan kreativitas, kompetisi inovatif,
dan penguasaan teknologi modern terbarukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a
Kesimpulan
1. Masyarakat
dan pemerintah harus saling bekerja sama dalam memelihara dan membangun kawasan
yang berpotensi untuk wisata di Kota Langsa.
2. Kesadaran
akan kebersihan mutlak diperlukan dalam pengelolaan kawasan wisata.
3. Jika
sektor pariwisata Kota Langsa dikelola dengan baik, maka akan dapat
meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat. Serta akan mendorong tumbuhnya
usaha-usaha baru pada berbagai sektor.
4. Pemerintah
diharapkan dapat memberikan solusi untuk masyarakat yang mengalami kekurangan
modal untuk membuka usaha dalam rangka “menyambut” berkembangnya sektor
pariwisata Kota Langsa.
b
Saran
Agar sektor pariwisata Kota Langsa dapat berkembang,
maka perlu dilakukan beberapa hal seperti :
1. Memelihara
bangunan bersejarah dengan baik.
2. Melakukan
penanaman dan pemeliharaan mangrove agar manfaat ekonomi dan ekologinya tetap
berkesinambungan.
3. Tidak
menjadikan “Syari’at Islam” sebagai suatu pembatas, melainkan menjadikannya
sebagai pendamping, identitas, dan sebuah sistem yang mendukung berkembangnya sektor
pariwisata di Kota Langsa.
4. Melakukan
berbagai kegiatan promosi untuk menarik wisatawan dan investor.
Referensi :
Analisa.
2011. Kafe Mangrove, Daya Tarik Pelabuhan Kuala Langsa. Diakses dari:http://www.analisadaily.com/news/read/2011/09/26/14460/kafe_mangrove_daya_tarik_pelabuhan_kuala_langsa/#.UOkXsWeM6_J [6 Desember 2013] [11.30 WIB]
Dedek,
MS. 2012. Menikmati Seafood di Hutan
Mangrove Kuala Langsa. Diakses dari:http://www.atjehpost.com/read/2012/10/13/24061/0/20/Menikmati- [05 Januari 2013] [20.00 WIB].
Kolokium
Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Langsa. 2012.
Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian PU, dan Pemerintah Kota Langsa.
Rancangan Awal-RPJM Kota Langsa Tahun
2012-2017.
Ringkasan
Eksekutif Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa di Kecamatan Langsa Barat, Kota
Langsa, Provinsi NAD. 2008. Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi, dan
Telematika Provinsi NAD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar