Rabu, 17 April 2013

POTENSI KOTA LANGSA

POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA LANGSA MELALUI SEKTOR PARIWISATA
Oleh :
Mariah Ulfa/ 101201035
Student, at Faculty of Forestry, Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
a.    Latar Belakang
Kota  Langsa terbentuk  secara  definitif  pada  tanggal  21  Juni  2001, berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2001. Kota yang terletak di pesisir pantai timur Provinsi Aceh ini merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Aceh Timur. Sebagai kota yang sedang tumbuh dan berkembang di Aceh, Kota Langsa berbatasan langsung dengan 2 kabupaten, yaitu Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Di sebelah utara, Kota Langsa berbatasan dengan wilayah Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten  Aceh Tamiang, dan bagian  barat  berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, serta pada sisi selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang.
Kedudukan Kota Langsa yang berada di  lintas  jalan  nasional  di  wilayah pantai Timur Aceh, merupakan suatu nilai strategis sebagai potensi sekaligus peluang yang perlu dimanfaatkan secara optimal. Dalam posisi tersebut, Kota Langsa semestinya dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi terbesar di wilayah pantai timur Aceh, dengan memanfaatkan peluang strategis dari keberadaan daerah hiterland di sekitarnya, terutama Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Dari sisi  lain,  letak geografis Kota  Langsa yang  dikelilingi  Selat  Malaka, tepatnya pada bagian utara, merupakan potensi dan peluang yang sangat besar untuk  mewujudkan  arus  perputaran  orang,  barang dan  jasa  melalui  jalur  laut, baik antar wilayah di pantai timur Aceh, pulau Sumatera dan pulau-pulau lain di Indonesia, maupun kegiatan perdagangan internasional (ekspor-impor) dengan negara-negara lain, seperti Malaysia dan lainnya. Hal tersebut  sangat memungkinkan untuk diwujudkan, mengingat saat ini Kota Langsa telah memiliki fasilitas  pelabuhan laut  Kuala  Langsa,  berikut  dengan  sejumlah  infrastruktur penunjang yang relatif cukup memadai.
b.   Permasalahan
Beberapa permasalahan yang akan  dijawab dalam makalah ini adalah :
1.        Potensi wisata apa saja yang dapat dikembangkan di Kota Langsa ?
2.        Bagaimana pengaruhnya terhadap sektor lain ?
3.       Apa saja kendala dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan sektor pariwisata di Kota Langsa ?
c.    Tujuan
Dari permasalahan diatas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan potensi wisata yang dapat dikembangkan di Kota Langsa.
2.      Menjelaskan pengaruhnya terhadap sektor lain.
3.      Menjelaskan kendala dan tantangan yang dihadapi dalam proses pengembangannya.
BAB II
POTENSI PARIWISATA KOTA LANGSA
Saat  ini di wilayah  Kota  Langsa, luas  lahan  non  terbangun masih cukup menonjol.  Dari  total  luas  wilayah  Kota  Langsa  secara  keseluruhan,  seluas 18.984,8 Ha  atau  72,35  persen di antaranya merupakan  lahan  non  terbangun, yang semestinya harus dapat dikelola  dengan  baik  dan  dijaga  kelestariannya mengingat kawasan  ini  akan  berfungsi  sebagai  penyangga  keberlanjutan sumberdaya  air  dan  kelestarian  lingkungan  Kota  Langsa  di  masa  mendatang. Sesuai  kondisi  geografis  dan  topografi  wilayah  daerah  ini,  luas  lahan  non terbangun  tersebut  berpotensi  untuk  diarahkan  peruntukkannya  bagi pengembangan kawasan perkebunan dan hutan produksi, disamping juga untuk hutan lindung mangrove.
Selanjutnya  berdasarkan  data  kondisi terakhir  juga  diketahui  bahwa penggunaan  lahan  di  Kota  Langsa paling  dominan  peruntukkannya  adalah kawasan  perkebunan  rakyat (20,99  persen), disusul  kemudian untuk  kawasan mangrove (18,21 persen), tambak (12,50 persen), dan perkebunan pemerintah/swasta (12,29 persen). Gambaran terkait  kondisi  sebaran penggunaan lahan di Kota Langsa secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1. Sebaran Penggunaan Lahan di Kota Langsa Tahun 2012
           
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat penggunaan lahan di Kota Langsa untuk kawasan mangrove cukup luas dengan akses yang cukup fleksibel baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. Hal ini merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk menambah lapangan kerja dan penghasilan masyarakat, serta memberikan masukan untuk daerah. Kawasan mangrove di daerah Kuala Langsa dapat dijadikan kawasan wisata mangrove dengan berbagai pilihan paket menarik seperti langsung turun ke lumpur dan mengenal jenis-jenis mangrove yang tumbuh di sekitar kawasan tersebut, melihat langsung satwa-satwa yang ada, membuat kolam pancing, dan lain-lain (dapat dikondisikan dengan kreativitas masyarakat). Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati keindahan pantai dan sunset dengan menyeberang ke Pulau Telaga Tujoh (Pulau Pusong) menggunakan boat (sekitar 30 menit).
Beberapa tahun terakhir, keindahan hutan mangrove dan keberadaan wisata kuliner di kawasan Kuala Langsa ini telah menjadikannya sebagai salah satu tempat yang ramai dikunjungi oleh masyarakat Langsa dan daerah luar sebagai salah satu sarana hiburan keluarga, terutama di hari Sabtu dan Minggu. Wisatawan yang menyeberang ke Pulau Pusong juga mulai banyak. Kawasan mangrove ini mulai dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar baik dengan menjual makanan ringan di pinggir jalan lintas, menjual jagung bakar, serta wisata kuliner lainnya seperti cafe terapung yang menyediakan berbagai menu makanan jenis seafood dan dibangun terapung di atas rawa dan ditopang kayu bakau.
Selain itu, beberapa tempat wisata yang dapat dikembangkan adalah bangunan bersejarah yang masih berdiri dengan kokoh (seperti taman bambu runcing dan beberapa bangunan perkantoran Kota Langsa), lapangan merdeka, kawasan dengan view yang menarik seperti persawahan (dimanfaatkan dengan membuat tempat makan jagung bakar atau lainnya disekitar pinggiran persawahan), dan lain-lain.
BAB III
ANALISA DARI SISI TEORI BASIS, INPUT-OUTPUT, LINKAGE, DAN MULIPLIER
Jika semua tempat wisata di Kota Langsa dikelola dengan baik, maka akan mendatangkan para wisatawan lokal maupun wisatawan luar daerah Kota Langsa. Dengan banyaknya wisatawan yang datang, maka secara otomatis akan menambah pendapatan daerah dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan menambah lapangan kerja dan peluang usaha lain, seperti: kuliner, paket wisata (wisata mangrove, pantai, kolam pancing, dll), toko-toko souvevir dan oleh-oleh, dan perhotelan. Pelabuhan laut Kota Langsa juga akan berkembang dengan pengelolaan transportasi air dan memanfaatkan akses yang mudah ke beberapa negara tetangga melalui Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur pelayaran Internasional.
Pelabuhan laut Kota Langsa ini juga merupakan suatu kelebihan yang tidak dimiliki daerah tetangga seperti Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang. Wisatawan dapat menikmati wisata mangrove, kuliner, penginapan, dan sekaligus penyeberangan ke Pulau Pusong dan ke beberapa negara tetangga dengan mudah. Sehingga akan menjadikan Kota Langsa sebagai pusat beberapa kegiatan perekonomian antara Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang serta mendukung berkembangnya kegiatan basis dan non-basis Kota Langsa.
BAB IV
KENDALA DAN TANTANGAN
a.        Kendala
Ada beberapa kendala dalam mengembangkan sektor pariwisata di Kota Langsa, diantaranya :
1.      Posisi ataupun  letak  geografis Kota  Langsa  yang berbatasan  langsung  dengan Selat  Malaka di  bagian  utara,  diperkirakan  rawan ataupun  memiliki  potensi bencana  tsunami.
2.    Kesadaran akan pemeliharaan (bangunan-bangunan bersejarah) dan kebersihan masih sangat minim, sehingga akan mengancam rusaknya lingkungan (termasuk eksistensi mangrove di kawasan tersebut).
3.      Pola pikir masyarakat dan pemerintah setempat yang masih keliru mengenai “syari’at islam” yang menjadi “pembatas” berkembangnya sektor pariwisata selama ini.
4.      Kurangnya modal masyarakat dalam membangun usaha.
5.      Sarana dan prasaranan yang masih minim.
6.      Kreativitas dan penguasaan teknologi yang masih minim.
b.        Tantangan
Dalam mengembangkan sektor pariwisata juga ada beberapa tantangan yang harus dihadapi seperti: harus adanya kreativitas dan inovasi dalam pengembangannya sehingga mampu bersaing dengan daerah lain. Teknologi yang mendukung juga akan sangat diperlukan agar sistem yang berjalan mampu membuat pengelolaan pariwisata di Kota Langsa ideal dan membuat para wisatawan puas dan nyaman serta berkeinginan kembali lagi ke Kota Langsa. Untuk itu, perlu dilakukan beberapa kegiatan penunjang pengembangan SDM seperti pelatihan kreativitas, kompetisi inovatif, dan penguasaan teknologi modern terbarukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a      Kesimpulan
1.     Masyarakat dan pemerintah harus saling bekerja sama dalam memelihara dan membangun kawasan yang berpotensi untuk wisata di Kota Langsa.
2.      Kesadaran akan kebersihan mutlak diperlukan dalam pengelolaan kawasan wisata.
3.    Jika sektor pariwisata Kota Langsa dikelola dengan baik, maka akan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat. Serta akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru pada berbagai sektor.
4.  Pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi untuk masyarakat yang mengalami kekurangan modal untuk membuka usaha dalam rangka “menyambut” berkembangnya sektor pariwisata Kota Langsa.
b    Saran
Agar sektor pariwisata Kota Langsa dapat berkembang, maka perlu dilakukan beberapa hal seperti :
1.      Memelihara bangunan bersejarah dengan baik.
2.  Melakukan penanaman dan pemeliharaan mangrove agar manfaat ekonomi dan ekologinya tetap berkesinambungan.
3.  Tidak menjadikan “Syari’at Islam” sebagai suatu pembatas, melainkan menjadikannya sebagai pendamping, identitas, dan sebuah sistem yang mendukung berkembangnya sektor pariwisata di Kota Langsa.
4.      Melakukan berbagai kegiatan promosi untuk menarik wisatawan dan investor.
Referensi :
Analisa. 2011. Kafe Mangrove, Daya Tarik Pelabuhan Kuala Langsa. Diakses dari:http://www.analisadaily.com/news/read/2011/09/26/14460/kafe_mangrove_daya_tarik_pelabuhan_kuala_langsa/#.UOkXsWeM6_J    [6 Desember 2013] [11.30 WIB]
Dedek, MS. 2012. Menikmati Seafood di Hutan Mangrove Kuala Langsa. Diakses dari:http://www.atjehpost.com/read/2012/10/13/24061/0/20/Menikmati- [05 Januari 2013] [20.00 WIB].
Kolokium Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Langsa. 2012. Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PU, dan Pemerintah Kota Langsa.
Rancangan Awal-RPJM Kota Langsa Tahun 2012-2017.
Ringkasan Eksekutif Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi NAD. 2008. Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi, dan Telematika Provinsi NAD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar